Friday, December 12, 2008

Terapi kecanduan narkotika dengan metadon.

Barusan nton Kick Andy nih. Minggu ini tentang "STOP AIDS". AIDS/HIV ini menular melalui hubungan seks dan pemakaian jarum suntik bersama2. Jarum suntik itu biasanya dipakai bersama ketika sedang menyuntikkan narkoba.

Setelah bicara masalah narkoba, keliatannya agak out of topic nih, jadi Kick Andy nya lebih ngebahas tentang kecanduan narkoba. Gak terlalu lama sih, akhirnya balik lagi tentang AIDS. G denger di sini, bahwa terapi narkoba bisa dilakukan pake Metadon.

G akhirnya cari apa sih Metadon. Terus terang g baru denger barusan di Kick Andy.

Apakah Metadon itu?



Metadon adalah opiat (narkotik) sintetis yang kuat seperti heroin (putaw) atau morfin, tetapi tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat. Metadon biasanya disediakan pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

Metadon bukan penyembuh untuk ketergantungan opiat: selama memakai metadon, penggunanya tetap tergantung pada opiat secara fisik. Tetapi metadon menawarkan kesempatan pada penggunanya untuk mengubah hidupnya menjadi lebih stabil dan mengurangi risiko terkait dengan penggunaan narkoba suntikan, dan juga mengurangi kejahatan yang sering terkait dengan kecanduan. Dan karena diminum, penggunaan metadon mengurangi penggunaan jarum suntik bergantian.

Program metadon sering mempunyai dua tujuan pilihan. Tujuan pertama adalah untuk membantu pengguna berhenti memakai heroin (detoksifikasi), diganti dengan takaran metadon yang dikurangi tahap-demi-tahap selama jangka waktu tertentu. Tujuan kedua adalah untuk menyediakan terapi rumatan (pemeliharaan), yang memberikan metadon pada pengguna secara terus-menerus dengan dosis yang disesuaikan agar pengguna tidak mengalami gejala putus zat (sakaw).

Bagaimana Metadon Dipakai?

Metadon biasanya diberikan pada klien program dalam bentuk cairan (larutan sirop) yang diminum di bawah pengawasan di klinik setiap hari. Setiap klien membutuhkan takaran yang berbeda, karena adanya perbedaan metabolisme, berat badan dan toleransi terhadap opiat. Beberapa waktu dibutuhkan untuk menentukan takaran metadon yang tepat untuk setiap klien. Pada awalnya, klien harus diamati setiap hari dan reaksi terhadap dosisnya dinilai. Jika klien menunjukkan tanda atau gejala putus zat, takaran harus ditingkatkan. Umumnya program mulai dengan takaran 20mg metadon dan kemudian ditingkatkan 5-10mg per hari. Biasanya klien bertahan dalam terapi dan mampu menghentikan penggunaan heroin dengan takaran metadon sedang hingga tinggi (60-100mg).

Apa Efek Samping Metadon?

Walaupun metadon biasanya ditoleransi dengan baik, kadang kala klien mengalami efek samping:

* mual
* muntah: 10-15 persen mengalami efek samping ini, yang biasanya hilang setelah beberapa hari
* sembelit: seperti opiat lain, gizi dan olahraga dapat membantu
* keringat: dapat muncul sebagai efek samping, atau karena takaran metadon tidak sesuai
* amenore: masa haid terlambat, atau kadang kala lebih teratur
* libido: metadon dapat menurunkan gairah seksual
* kelelahan: dapat dikurangi dengan mengurangi takaran
* gigi busuk: disebabkan oleh sirop

Informasi mengenai efek samping yang mungkin akan terjadi harus diberikan pada klien.

Apakah Metadon Berinteraksi dengan Obat Lain?

Dapat disimpulkan bahwa metadon tidak mempengaruhi takaran ARV atau obat TB selain ddI (lihat Lembaran Informasi (LI) 413) versi dapar (buffered) dan AZT (LI 411). Bila ada klien metadon yang memakai ddI, mungkin takaran ddI harus dinaikkan atau sebaiknya ddI versi dapar diganti dengan ddI EC (bila tersedia). Bila dipakai AZT (atau pil kombinasi yang mengandung AZT, mis. Duviral), mungkin efek samping AZT timbul kembali. Karena efek samping ini dapat serupa dengan sakaw, harus hati-hati membedakannya. Hal serupa terjadai setelah mulai terapi interferon untuk hepatitis C.

Tetapi beberapa obat dapat mempengaruhi efek metadon. Jadi petugas klinik metadon seharusnya selalu memantau penggunaan obat lain oleh kliennya. Bila setelah mulai memakai obat lain, klien mengalami sakaw atau sedasi, sebaiknya takaran metadon disesuaikan. Sebaliknya, setelah obat tersebut dihentikan, takaran metadon harus disesuaikan lagi.

Referensi



No comments: